Kala Senja Menutup Hari

Diatas bukit berteman sepi, menatap langit. Angin berhembus meski tak terlihat tapi terasa. Terbayang luas pijakan bumi. Indah tapi waktu memisah, sore menutup pertunjukan ini. Diri inipun pergi.

Nono Setiyo

"Katakanlah: ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai lebih daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. 9:24) "

Gulungan Ombak Besar

Dulu itu mantai, sering. Melihat langit biru. Mendengar deras ombak. Menatap luas lautan. Berdiri diatas pasir. Bernafas udara sejuk. Terindah adalah berjalan bersama kala ombak besar menerjang.

Abu Ubaidullah Uzzam

"Demi Allah ,, jangan korbankan akhiratmu demi kebahagian dunia yang fana. Dunia itu menipu, penuh kebohongan, dan sementara. Maka bertahanlah di atas sunnah dan segala perintah juga larangan-Nya sampai engkau menemui surga. "

Langit indah itu biru, Kamu

Tinggi, tak tergapai. Biru berubah putih berjalan menyapa. Panas, tak peduli selalu bersama. Dingin, bahkan tak tergoda.

Senin, 14 Desember 2015

Masjid Agung Semarang


Seperti biasa

Semua berjalan seperti biasa, hari demi hari kemudian petang ke petang hingga larut malam menuju malam dimana semua harus berhenti. Matahari nampak kembali dan pagi pun tersenyum seperti hari kembali. Kamar masih nampak begitu gelap semua tak rapi pindah dari tempat asli, jam menunjukan 9 nan tapi mata masih sulit untuk melihat pagi. Terdengar aktivitas orang orang disekelilng kamar. Mencoba untuk bangun tapi masih terlalu dini untuk membukanya, rumah mulai terasa sepi semua beranjak seperti biasa, dan sendiri tanpa ada yang lain. Bak kuburan tanpa penghuni bak keramaian tapi kesepian. Tak terdengar suara hanya kecuali anak-anak disekeliling luar bermain bersama. Betapa senangnya terdengar mereka bermain tertawa bersama bermain dan jam mulai mengarah ke 10 hampir ke 11 siang. Lelah badan terasa sangat dan juga pikiran dengan beban yang tak karuan, tapi seprti biasa pagi dengan senyuman meskipun apa adanya.




Mata mulai mencoba melihat matahari ,sinar yang sedikit masuk, menyalakan