
Kita harus berusaha seimbang antara urusan dunia dan akherat kalo bisa 80% akherat 20% mikir urusan dunia saja. Tidak usah muluk muluk dengan urusan dunialah.Jangan mati-matian mengejar atau menggapai sesuatu yang tidak bisa kita bawa mati. Kawan beli, mobil beli rumah tingkat 5 6 7 8 9 10, apalah itu itu besuk kita mati yang dibawa cuma kain kafan. Kawan beli baju mahal 5juta harganya, besuk mati cuma bawa kain ya paling harganya tak seberapa, kawan beli mobil mewah lomborgini jess, kawan mati yang bawa keranda roda manusia, kawan lagi seneng seneng temen banyak, kawan mati , ada temenya yang nemani ? nggak ada bro. Kembali lagi urusan dunia kita jalani semampu kita saja. Tidak usah mati-matian,tidak usah mewah-mewahan, sederhana saja di dunia.
Hidup itu sementara karena jelas,kita hidup bukan didunia saja. Orang bahagia ada batasnya pasti menemui kesedihan, orang main bola ada batasnya 2x 45 menit, orang berjalanpun ada batasnya pasti akan duduk, siang menjelang ada batasnya petang akan datang begitu juga dengan hidup kita, kita hidup pasti ada batasnya apa batasnya ma.. mata. ma ma makan. maaa tii mati. Batasanya kehidupan adalah kematian. Kehidupan yang sebenarnya adalah setelah kita mati. Jangan berpikir orang yang sudah meninggal mereka selesai hidupnya kehidupanya selesai urusanya, justru kematian seseorang adalah "awal dari kehidupan yang sebenarya". Hidup didunia cuma beberapa saat kamarin pagi pukul 2 3 4 5 lahir owekk owekk besok sore jam 2 3 4 5 sudah kembali mati. Betapa singkatnya kehidupan ini. Allah SWT yang memberi Dia jugalah yang mengambil. Dia yang menambah Dia jugalah yang mengurangi.
Hakikatnya kehidupan didunia adalah bukanlah untuk bersenang-senang, untuk bersanda gurai, untuk tertawa-tawa diatas penderitaan saudara-saudara kita. Kita harus selalu yakin kepada-Nya selalu bertaqwa kepada-Nya mengamalkan perintah menjauhi laranga-Nya. Kita bersenang senang sedangkan saudara kita masih menderita, masih pantaskah ? kita makan enak enak bahkan membuang makanan makanan yang meraka anggap butuhkan perlukan tapi meraka masih kelaparan ? masih pantaskah? kita bisa bermain sana sini mendengar yang kita anggap enak menonton apa yang kita suka, yang disana bermain senjata mendengar suara jeritan ,derai pluru menonton darah anak cucu orang tua mereka, masih pantaskah? masih pantaskah kita untuk bersenang-senang tertawa-tawa.
Kembali lagi hidup kita hanya sementara, hidup kita singkat. Jangan membuat hidup ini segalanya. Hidup didunia ada batasanya kematian, tapi kita hidup di akherat kekal abadi. Mari kita senantiasa selalu bermuhasabah dengan kehidupan yang singkat ini. Jadikan akherat tujuan hidup kita, perbanyak bekal menuju kampung halaman yang sesungguhnya. Kampung halaman yang selalu kita rindukan yang kita dambakan.
super sekaleeeee
BalasHapushaha .. sekali superrr .
Hapus